Advertisement

Responsive Advertisement

Wednesday 25 January 2017

PELEBARAN JALAN DAN NGEBANGUN FLYOVER BUKAN SOLUSI?

Pas jalan balik, aku dan pacar memutuskan untuk lewat jalan yang sedang ada pembangunan flyover-nya. Jalan membingungkan yang bikin pacarku mengucapkan ini, "ya ampun, ga ngerti lewat jalan ini." Kayanya itu kali pertama dia lewat situ. Kejadian yang sama udah pernah ku alami sebelumnya. Bedanya, yang ku alami adalah di siang hari dan ada "tanda" agar tidak salah memilih lajur. Tanda yang baru ku ketahui keberadaannya setelah ku salah memilih lajur. Kesalahan yang berujung ku harus menghabiskan bensin sedikit lebih banyak dari biasanya karna harus muter balik lagi. Kenapa persimpangan itu menjadi membingungkan? karena di hari sebelumnya, yang lurus mesti berada di lajur kanan. Sementara di hari itu, tanda panah ke arah kiri untuk pengendara yang harus berada dilajur kiri bagi yang akan belok ke kiri atau lurus, dan lajur kanan untuk yang ke kanan. (baiklah, ini penjelasan yang pasti akan sulit untuk dimengerti) 

Beruntung di malam ini, aku dan pacar berada di lajur yang benar meskipun ga ada "tanda" sama sekali. Bisajadi karna sudah ada aturan yang akan belok ke kanan selalu berada dilajur kanan. Kurasa sudah cukup bahas tentang LAJUR. Next-

Sedari ngelewatin jalan yang sedang di bangun flyover, kami berdua ga berhenti bersikap sok pintar dan sok benar. Menyampaikan pendapat yang hanya di dengar oleh masing-masing dari kami. Dia (si pacar) mulai membandingkan dengan sejumlah pembangunan proyek yang di kebut Pemprov DKI. Misal, pembangunan MRT (± ratusan km) yang dimulai sedari Oktober 2013 dan diperkirakan akan rampung 2018, dan malah baru-baru ini beredar kabar bahwa MRT akan selesai lebih cepat, di tahun 2017 ini. Sementara pembangunan flyover (± setengah km) yang di mulai sedari januari 2016 dan diperkirakan akan selesai di November tahun ini, Desember 2016 lalu diperkirakan progresnya telah rampung sekitar 24 persen. Masih ada waktu 10 bulan lagi, mungkin akan rampung tepat waktu, atau lebih cepat atau kemungkinan lain bisa saja terjadi. 

Ga berhenti sampai disitu, kita (kita? oke, ku dan pacar saja) yang cuma pengamat amatir dan tidak tau kondisi yang sebenarnya di lapangan -yang ngga bisa ngebangun Flyover apalagi MRT- ini, mulai ngebahas masalah nasional setelah dia mengatakan ini, "Sebenarnya biar ga macet, caranya bukan dengan ngebangun flyover ataupun pelebaran jalan gini. Mestinya jumlah kendaraannya yang dikendalikan dan fasilitas transportasi umum yang lebih baik."


Dari Wikipedia:
"Jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi.
Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit ataupun melalui kawasan rawa-rawa."

Nah, flyover dan pelebaran jalan yang sedang terjadi di kota ini. Ku rasa tujuannya untuk dijadikan solusi atas kemacetan lalu lintas. Ya, macet yang belum separah di ibukota. Macet yang disebabkan lampu merah, persimpangan, ada yang tabrakan, kepadatan penduduk yang jumlah kendaraannya berbanding lurus dengan anggota keluarga, dan lain lain. 

Padahal, kalau pemerintah benar-benar mengendalikan pertumbuhan kendaraan di kota ini. Seperti:


  1. Membatasi jumlah kendaraan di satu rumah. Karena terkadang ada 5 mobil 5 sepeda motor (bahkan bisa jadi 5 helikopter) di satu rumah dengan 5 orang anggota keluarga.
  2. SIM hanya diberikan kepada yang benar-benar lulus uji.
  3. SIM dijadikan syarat bagi mereka yang mau membeli kendaraan, ntah itu motor, mobil atau Container Truck sekalipun. Setiap kendaraan baru atau second akan diurus di Samsat, bukan? Ntah itu untuk kelengkapan surat ataupun balik nama.
  4. Dengan diadakannya angkutan umum yang nyaman (re: bersih dan murah) juga akan menarik  minat masyarakat. Hanya saja jumlahnya juga harus dibatasi dan wajib ada izin dari pemerintah, agar jumlahnya tidak membludak. Misal MRT yang rutenya ke segala penjuru kota, Taksi, Bus yang bersih dan nyaman lengkap dengan AC, atau angkot.. sebaiknya angkot yang tempat duduknya juga bikin penumpang nyaman, bersih, ga bau rokok dan aman.
  5. Biaya parkir yang mahal? Ini kayak aturan negara tetangga kan yaa. Tapi sepertinya ini akan ampuh, misal parkir motor: Rp. 10.000 dan mobil Rp. 50.000 per jam. 
  6. Harga BBM yang dibuat mahal juga akan bikin pengendara mikir-mikir. 
  7. Bisakah kalau misalnya pemerintah juga ikut campur dengan masa pemakaian kendaraan? Misal, setelah sepuluh tahun, kendaraan tersebut di larang berkeliaran di jalan. 
  8. dll.

Ngga ada "Pelebaran jalan dan pembangunan flyover" di delapan hal untuk mengendalikan pertumbuhan kendaraan versi pasangan sok pintar dan sok benar ini. Karena ketika itu dilakukan, seakan-akan memberikan sarana bagi siapapun untuk mengendarai kendaraannya. Hanya saja luas bumi tidak terus bertambah layaknya pertumbuhan kendaraan. 

No comments:

Post a Comment