Advertisement

Responsive Advertisement

Friday 19 January 2018

Beberapa hal yang terjadi di hari Minggu

Jam 05.30, ku terbangun lagi setelah sebelumnya bangun di jam 05.00 untuk melakukan hal yang wajib dilakukan (tidak termasuk 'tidur lagi'-nya ya). Ku langsung ke kamar mandi, tapi bukan untuk mandi.. cuma cuci muka dan sikat gigi, setelahnya ku balik ke kamar dan siap-siap untuk lari pagi. Bedak dan lipstik udah cukup untuk membuatku terlihat seperti orang yang sudah mandi.

Setibanya di alun-alun, kami (iya, aku dan Sugeng) lumayan kesusahan nyari parkiran. Ku sempat bilang ke dia untuk gajadi jogging aja karna rame, mending nyari tempat untuk sarapan aja. Tapi dia tak tergoda dan tetap jalan ke arah parkiran yang kosong. Dijalan masuk menuju alun-alun ada banyak sekali orang, mulai dari yang buka lapak untuk jualan, ngumpulin donasi untuk korban bencana, ngumpulin donasi dalam rangka hari peduli kucing sedunia.. sampai yang benar-benar niat untuk lari pagi. Ga cuma lari pagi sih, ada yang main bulutangkis, aerobic dan lain-lain. 

Ada juga yang niatnya dari rumah mau lari pagi, tapi pas sampe malah berubah pikiran untuk duduk duduk aja. Iya aku, sambil nunggu si dia lari ntah berapa keliling lapangan.. ku duduk dipinggir lapangan dan ngeliatin yang lagi main bulutangkis massal. Ku yakin, cuma sedikit yang repot-repot bawa raket dari rumah. Karna disana ada yang nyewain, rata rata sih 10rb untuk main sepuasnya. Makanya pas dia selesai lari, ku langsung ngajakin dia untuk main bulutangkis juga.

Setelah se-jam-an, akhirnya ku ngerasa capek main bulutangkis yang sebagian besar di isi dengan ku melakukan pukulan service karna bolanya keseringan jatuh di aku. Tapi sisi baiknya, bolak balik ngambil bola yang jatuh ini membuatku benar-benar berolahraga, dan mengeluarkan keringat. Walaupun ga sebanyak dia yang seperti habis kehujanan.

Ku mulai lapar, dia juga ikut-ikutan merasakan hal yang sama. Jadi kita muterin WTB sekitar empat kali, ohya WTB itu tempat yang isinya sederetan pedagang kaki lima. Ada banyak jenis makanan, cuma pagi itu semuanya ga menggugah selera untuk dimakan dalam keadaan terlalu lapar. Padahal sering kesitu dan jajan disitu, dan datangnya selalu pas sore dimana jam makan siang udah berlalu sekitar lima jam. Mungkin itu berpengaruh, atau ngga. Jadi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi lain dan masih mikir mau makan apa dengan kondisi perut yang bunyi bunyi sendiri, ga biasanya selapar ini.

Ban motornya terus berputar, semakin mendekat ke arah jalan pulang. Sampai akhirnya sebuah ide mendadak muncul di kepalaku, saat itu juga ku bilang ke dia untuk makan Mie Lendir (yang ngebayangin mie lendir itu adalah mie yang penuh lendir, sebaiknya cepat-cepat klarifikasi ke mesin pencari ya). Dia setuju, dan kita langsung samperin ke yang jual. Aku pesan mie lendir, dan untuk dia Prata Kosong. Dibungkus. Karna ga ada lagi meja dan tempat duduk yang kosong. Sepertinya keputusan yang salah untuk beli sarapan di tempat makan seramai itu, dengan perut kosong dan tak diberi pilihan selain sabar menunggu.

-One eternity later-

Well, satu kalimat di atas memang berlebihan. Tapi dalam keadaan terlalu lapar, kalimat itu seakan menggambarkan dengan benar keadaan dilapangannya gimana. Hingga akhirnya dua porsi makanan yang kami pesan siap untuk dibawa pulang.

Pas makan, ku gatau kenapa makanan pesanannya dia kelihatan lebih enak dibanding makananku. Dan pas nyoba, makanan dia emang rasanya lebih enak. Antara ku penganut istilah "rumput tetangga lebih hijau", atau emang makananku rasanya ga lebih enak. Jadi tanganku lumayan sering mampir dan nyomotin pratanya dia.

Habis makan terbitlah ngantuk. Ketika ngetik kata "ngantuk", mulutku langsung komat-kamit mengulang-ulang kalimat ini. Ngantuk ngantuk ngantuk ngantuk. Kadang ada kata yang menurutku "lucu" ketika disebutkan atau di dengar . Termasuk kata ngantuk ini. Dan membuatku penasaran siapa yang pertama kali menyebutnya.

Anw, yang belum tau rasa kantuk atau ngantuk itu apa, ini arti yang ku dapatkan dari sini .
→ "Sebuah respon dari tubuh, yang menandakan adanya suatu masalah pada diri kita. Masalah tersebut dapat berupa masalah dalam mental (pikiran) maupun juga masalah dalam tubuh (fisik). Biasanya rasa ngantuk, terjadi karena seseorang sedang mengalami kelelahan, kebosanan, atau juga sakit yang dapat membuat seseorang menjadi lelah dan mengantuk, misalnya seperti sakit anemia / kurang darah."

Setelah baca arti yang di atas. Rasa ngantuk yang ku derita sepertinya karena ku kelelahan mengunyah makanan ditambah kelelahan main bulutangkis dan menunggu makanan berjam-jam. Sebelum rasa ngantuk ini menjadi semakin parah, ku pulang ke rumah dan langsung menuju kamar. Niatnya cuma rebahan, tapi malah jadi rebahan dalam jangka panjang. Ku ketiduran, dan bangun ketika mataharinya sudah berada di Barat.

Ku melakukan semua hal buru-buru, karena rencana di minggu sore ini adalah nyari printer tapi ku kelamaan tidur. Ku malas mendeskripsikan dari mandi sore (yang juga mandi pagi) sampe dijalan menuju penjual batagor. Jadi kisah ini ku percepat hingga ketika ku makan batagor yang ku beli di dekat rumahnya Sugeng. Batagor yang selalu ku anggap enak, dan batagor kedua yang paling ku suka setelah Batagor yang dijual di Bengkong Laut. Tapi kali ini, batagornya ga habis karna menurut kami berdua rasanya terlalu asin. Awalnya mau ku buang ke tong sampah, tapi mubazir. Sampe akhirnya Sugeng saranin untuk di bungkus lagi aja dan di bawa, terus bisa di kasih ke kucing-kucing yang ada di jalan.

Sepanjang perjalanan menuju Mall yang kami tuju, ku merhatiin jalan. Ada kucing betina belang tiga yang lagi jalan ke kolong mobil yang terparkir di depan ruko. Ku minta Sugeng untuk mutar balik, dan ke arah deretan mobil yang diparkir di depan ruko itu. Dan langsung liat ke arah kolong mobil tadi, tapi kucingnya udah ga ada disitu. Ku muter-muter dan liat ke kolong mobil lain juga tetap ga ada. Kami kehilangan jejak kucing yang warnanya dominan hitam itu, atau mungkin juga ga kelihatan karna cahaya lampu disitu redup.

Kami jalan lagi, ku bolak balik liat kanan kiri sampe akhirnya liat ada kucing yang lagi jalan di depan ruko (anw, ruko lagi yaa. Kan katanya julukan Batam adalah "Kota Seribu Ruko") Aku mendekati kucing yang bulunya penuh debu itu, tapi dia malah pasang posisi siap untuk menjauh. Jadi, ku berhenti melangkah sembari ngelempar batagor ke arah kucingnya. Kucingnya agak kaget, tapi kemudian ngendus batagornya dan dimakan.

Ga jauh dari situ, kami menemukan kucing kecil yang lagi berusaha menangkap sesuatu. Ku ga tau apa yang dicoba untuk ditangkapnya, mungkin serangga atau semut? Dan lagi, ku cuma lempar pelan batagor ke arah kucing kecil itu. Karena khawatir ketika ku mendekat, dia akan lari. Batagornya baru dimakan ketika kami mulai menjauh.

Kami terus jalan, dan lewat jalan yang dekat dengan tempat kerjanya Sugeng. Berharap bisa nemuin kucing berwarna oren yang selalu tidur di sebelah tempat kerjanya. Tapi yang kami temukan justru kucing lain, pas di tong sampah yang ada di depan tempat kerjanya. Kucing betina warna hitam yang lagi nyari makanan, ku turun dari motor dan mendekat. Kucing cantik itu cuma diam dan ngeliat ke arahku. Ku cepat-cepat ngeluarin batagor dari kantong plastik dan menaruhnya didekat kucing itu. Tapi, dia ga langsung memakan batagornya. Dia cuma menggigit batagor itu dan lari.

Aku dan Sugeng juga meninggalkan tempat itu dengan sedikit batagor di kantong. Baru beberapa meter kami jalan, ada seekor anak kucing di sebuah gang kecil. Kami berhenti, dan menyadari kalo anak kucingnya bukan cuma satu. tapi ada tiga. Ku ngeluarin semua batagor untuk mereka. Pas Sugeng narik gas dan motor mulai jalan, ku melihat kucing betina hitam yang gigit batagor tadi lari ke arah tiga anak kucing tsb. Seketika dimataku muncul genangan. 








No comments:

Post a Comment