Advertisement

Responsive Advertisement

Friday 1 January 2021

JANGAN LUPA BAWA KARTU IDENTITAS KALAU MAU BEROBAT

Aku sudah hafal fase-fasenya, dari bersin-bersin hingga hidungku mengeluarkan ingus cair seperti air. Benar-benar cair sampaiku gabisa menahannya. Pilek akan berlangsung cukup lama dan menghabiskan banyak tisu. Setelah ini, aku juga tau akan batuk. Tenggorokanku terasa gatal hingga ku harus batuk untuk mengurangi rasa yang teramat menyiksa ini. Apalagi ditengah pandemi yang membuatku harus menahan batuk kalau sedang diluar rumah dan ada orang lain. Semenyiksa itu, gabisa batuk sepuas yang dimau. 

Tapi ini belum seberapa dibanding fase berikutnya, fase yang juga menandakan kalau sakit ini akan segera sembuh. Yaitu dimana ketika ku batuk mengeluarkan cairan kental dan warnanya tidak bening seperti air lagi. Dahak yang rasanya selalu ada ditenggorokan dan mungkin juga rongga dada, ku gatau apa namanya hal yang seperti menyumbat di saluran pernafasan. Aku sangat tau kalau tubuhku ga akan bisa diajak tidur di malam hari.

Ku kesusahan untuk bernafas, sakit yang membuatku harus menarik nafas sekuat mungkin. Lelah, gimana kalau aku kecapean dan berhenti? Tapi ku gabisa berhenti. Ku juga gabisa tidur untuk tak merasakan sakitnya, bahkan rebahan juga gabisa karna posisi duduk membungkuklah yang membuat sesak nafas ini lebih bisa ku atasi. Ngantuk tapi gabisa tidur, ketika ketiduran juga hanya sebentar karena mimpinya buruk, bahkan di mimpi ku juga kesulitan untuk bernafas. Yang membuatku terus terbangun dan ga tidur lagi sampai pagi. Kemudian punggung dan pinggangku terasa lebih sakit.

Aku tau semua fase ini karena bertahun-tahun mengalaminya kalau lagi kambuh, dulu adalah tersering. Akhir-akhir ini udah jarang, tapi gatau kenapa sekarang kambuh lagi. Mungkin karna masuk angin? Atau debu? Atau asap rokok yang kemarin-kemarin terpaksa ku hirup karena berdiri didekat perokok. Aku yakin, asap ini yang memperparah. Aku memutuskan akan berobat ke puskesmas. Memastikan apakah kali ini juga bronchitis acute, sekaligus mempercepat penyembuhan. 

Browsing di google, Puskesmas yang obat-obatnya sangat cocok untuk ku konsumsi sedang tutup. Ternyata bukanya cuma Senin - Jumat. Lalu ku cek Puskesmas satu lagi, yang lebih dekat rumah dan lumayan cocok juga, ternyata buka setengah hari. Ku bersiap-siap untuk pergi, siap-siap yang sangat lama karena ku jadi sering tertunduk seperti posisi rukuk dalam sholat untuk menarik nafas. Ku juga batuk pelan-pelan karena ketika batuk, perut ini juga terasa sakit.

Memakai baju berlapis dan jacket, kemudian mengenakan jas hujan. Aku tau hujan mungkin akan memperparah keadaanku, tapi ku benar-benar akan berobat agar lebih cepat sembuh. Ketika tiba di puskesmas, ku melepas mantel, kemudian masuk dan berjalan ke arah loket pendaftaran. 
Petugas diloket menanyakan "berobat apa?" Dan ku jawab "berobat biasa". 
"Iya berobat biasanya berobat apa?" Tanyanya lagi
Ku mikir, ini yang ditanya soal berobat yang pake bpjs atau soal apa si? Kemudian ku jawab, "berobat untuk sakit batuk"
Dia mengangguk paham.
Kenapa nanyanya ga pake pertanyaan 'sakit apa?' aja si, pikirku.

"Kartu berobatnya ada?" Tanyanya sambil membuka buku di depannya.
"Kartu berobatnya hilang, tapi sebelumnya pernah berobat disini." Ku sengaja pergi tanpa membawa kartu berobat, karna memang ga tau letak kartunya dimana. Dan ku pikir, karna sudah pernah berobat di sana, makan dataku sudah ada dan tinggal bayar untuk pembuatan kartu berobat yang baru.
"Kalau begitu KTP sama BPJS ada?" 
"Ga bawa, gabisa bikin kartu berobat baru aja?" 
"Untuk pembuatan kartu baru harus ada KTP dan BPJS, bisa dilihat di pengumuman yang ada disana" tangan petugasnya menunjuk ke arah spanduk pengumuman yang berada di dekat pintu. Disitu tertulis untuk pembuatan kartu berobat baru harus menyertakan KTP atau KK (bagi pasien anak yang belum memiliki KTP) dan BPJS. 

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan ga balik lagi ke Puskesmas. 

Aku merasa kesal dengan penanganan orang sakit yang harus melengkapi syarat administrasi terlebih dahulu ini. Aku sudah pernah berobat disana, aku tau namaku, semua data-data di KTP termasuk nomor KTP juga hafal. Apakah tidak ada sistem mereka yang bisa mencari dataku dengan cepat? Lagipula ketika membuat kartu berobat yang sebelumnya juga ada melampirkan syarat yang sama. Harusnya mereka sudah punya. Beruntung karena bukan pasien sakit parah yang butuh penanganan segera yang berada di posisiku. Ini hanya aku yang kesana dalam kondisi sakit dan ga tidur malamnya, naik motor sendiri ditengah hujan. Dan pulang dalam keadaan setengah basah walapun mengenakan jas hujan.

Sebenarnya disini salahku yang tidak tau kalau kartu berobat hilang, harus bawa KTP dan BPJS. Ku baru tau ketika membaca pengumuman disana, mengharuskanku untuk balik lagi dan mengambilnya kalau masih mau berobat. Dan ketika browosing jam kerja puskesmas juga tidak sekalian mencari persyaratan apa saja yang harus dibawa ketika akan berobat. 

Tapi ku tetap berharap, persyaratan administrasi ga bolak balik di minta sama instansi-instansi yang ada di negara ini. Karena seharusnya antara instansi satu dan lainnya bisa memanfaatkan teknologi lebih baik lagi. Akan ada berapa banyak fotokopi dokumen dalam setiap arsip yang ada?


No comments:

Post a Comment